Wednesday 3 April 2013

Surat Untuk Sahabat



Kawan.. saya bukan manusia yang penuh dengan kebenaran dan kebaikan. Tapi ada sesuatu yang ambigu dan mengganjal di hati dan pikiran saya. Kawan… maafkan apabila saya bertanya tentang sesuatu yang terkadang membuat saya bingung dan berpikir mana yang benar dan mana yang salah. Terkadang apabila kita melakukan sesuatu yang berkonotasi ‘kotor’, ‘kasar’,’menjijikan’, bahkan berkonotasi salah besar dan mengakibatkan dosa, kita merasa bangga dan merasa hebat. Tapi sebaliknya apabila kita melakukan sesuatu yang berkonotasi kebenaran, kita sering merasa malu dan pasti di cemooh oleh lingkungan sekitar. Contoh kecil ketika saya menolak segelas minuman beralkohol dan menolak para wanita penghibur untuk menemani malam, serentak kalian berkata “so.. alim lu..”.

Dulu ketika saya khilaf, kita sering sekali menikmati ‘daun kegembiraan’ bersama, kita tertawa bersama dan menikmati semua asap yang kita hirup. Disaat itu kalian menganggap bahwa kita adalah remaja keren yang hebat. Kalian mengganggap itu adalah sesuatu kewajaran anak muda, tapi tahu kah kalian itu adalah sesuatu yang salah. Persepsi kalian mengenai kewajaran itu telah dikamufalse oleh kebiasaan buruk. Dimana pikiran kalian hanya memikirkan kegembiraan sesaat ketika remaja dan itu kewajaran, urusan Agama itu nanti ketika kita sudah tua. Ketika kita mengetahui aturan dan norma Agama semenjak remaja mengapa kita tidak melakukannya? Karena apabila kita melakukannya kita dianggap remaja ‘so alim’ dan tidak keren. Benarkan?

Ketika kalian melakukan sesuatu yang bisa dianggap ‘salah’ kalian merasa bangga, ketika kalian menjauhi kewajiban beribadah kalian merasa keren, ketika kalian melampiaskan nafsu sesaat dengan minum-minum dan menikmati sex bebas kalian merasa hidup. Tapi sebaliknya ketika ada seseorang melakukan kewajiban sebagai seorang muslim kalian menatap mereka sebagai remaja ‘so alim’, ketika ada seseorang berbicara tentang Agama kalian menatap sinis kepada mereka, ketika ada seseorang mengkalungkan simbol Agama kalian menertawakan mereka, ketika ada seseorang membangun sebuah komunitas sosial yang berbasis Agama kalian semakin menertawakan dan semakin sinis kepada mereka. Apakah yang telah mereka lakukan itu salah dan memalukan sehingga kalian menatap sinis dan menertawakan mereka?

Kawan… Menggangap keburukan sebagai kebaikan dan menganggap kebaikan sebagai keburukan  itu adalah sebuah kekeliruan. Ketika kekeliruan itu telah melekat pada sudut pandang kita yang telah terkontaminasi oleh dogma-dogma dan adat budaya barat maka kita tidak lebih seperti kelinci percobaan.  Kelinci percobaan untuk lepas dari remaja yang berbangga beragama menjadi remaja pecinta duniawi dan merasa kekal didalamnya.

Kawan.. walaupun penampilan saya jauh dari orang baik-baik, tapi saya senang dan bersyukur dengan cap yang kalian berikan kepada saya. Ya remaja ‘so alim’ yang selalu kalian bicarakan. Untuk mempertegas, bahwa saya sebenarnya tidaklah ‘so alim’ saya hanya remaja yang mempunyai prinsip hidup, agar hidup saya tidak terombang-ambing oleh sesuatu yang tidak pasti. Itu alasan yang sebenarnya. Prinsip tetaplah prinsip apabila saya melanggarnya berarti saya telah mengecewakan diri saya sendiri. Prinsip saya jelas bahwa sesuatu yang melangar aturan Agama itu tidak boleh saya lakukan. Lebih baik saya mempunyai gelar remaja ‘so alim’, dengan begitu berarti saya telah menunjukan sesuatu yang lebih baik, dari yang kurang baik menjadi kearah lebih baik. Maafkan apabila pertanyaan dan pernyataan saya telah menyinggung perasaan kalian. Ini demi kebaikan kita kawan, memberitahukan kebaikan itu adalah kewajiban.

Kawan.. ketika kehidupan ini semakin dewasa sudah saatnya kita berpikiran untuk memperbaiki diri demi masa depan yang kekal. Mungkin dulu kita menikmati masa muda dengan penuh dosa tanpa rasa bersalah, tapi kini kita sudah dewasa. Memang kita manusia berlumuran dosa tapi kita harus bisa membedakan mana cahaya terang dan mana kegelapan. Dulu adalah pembelajaran, sekarang waktunya perubahan. Karena tidak ada jaminan kita akan hidup sampai tua, memang kehidupan itu tidak pasti tapi kematian itu pasti. Selagi masih diberikan nafas mari kita berbenah diri untuk kehidupan yang kekal nanti. Semoga kelak kita dipertemukan di surga –Nya.

Kawan.. biarkan saya mencintai Agama dan aturan-aturan yang ada didalamnya. Biarkan remaja berlumuran dosa ini memperbaiki diri dan mencintai Tuhan dan Rasul nya dengan caranya sendiri. Saya harap kalian akan mengerti dan berpikiran sama dengan saya, agar kita mencintai Surga sebenar-benarnya Surga bukan hanya Surga dunia yang membutakan mata. Insya Allah…

No comments:

Post a Comment

Comment